Tuesday, September 17, 2013

Gendurian Bersama

Lomba di MTs Silmus Persen Kedungasri tahun 2011.
Mungkin, belum ada catatan tentang ini. Yakni pelaksanaan gendurian umat Hindu bersama umat Muslim. Jadi mereka belum pernah membaca, dan menjadi tahu. Hingga setelah penulis rampung dari ikut Gendurian, ada dua orang muda yang bertanya. Pasalnya, barangkali mereka belum pernah mengalaminya. Mereka bertanya: "Lha, undangan gendurian tetangga Hindu itu bagaimana acaranya berlangsung? Dan bagaimana pelaksanaanya bagi umat Muslim?"

Simple aja aku jawab "Ya, acaranya seperti gendurian biasa. Bahkan, acaranya cenderung lebih mewah (lengkap hidangan tradisional dan ingkungnya). Cuman, pihak yang diundang memiliki timing yang berbeda. Undangan umat Hindu, dilaksanakan bakda magrib--untuk ritual dan doa. Sedang undangan umat muslim, dilaksanakan bakda isya--untuk doa. Pada sesi bakda isya itulah, semua undangan melakukan doa bersama, makan bersama, dan pembagian berkat/hidangan terbungkus untuk dibawa pulang."

Ya, demikianlah kerukunan umat Islam dan Hindu di daerahku. Keduanya hidup berdampingan dan saling menghormati. Dan kultur toleransi yang baik ini, perlu dijaga.
--------------------------------------------
* Dari telusur Google didapati istilah yang beragam: gendurian, kendurian, kenduri, genduren, selamatan, selametan. Adalah istilah perjamuan makan untuk memperingati peristiwa dan minta berkah (dalam KBBI).

* Agus Sunyono,  Pengamat Sejarah dan Budaya, berpendapat bahwa kenduri itu bukan berasal dari pengaruh Hindu-Budha. Namun berasal dari masyarakat Muslim Champa yang dipengaruhi faham Syiah. Dalam agama Hindu atau Budaha tidak dikenal kenduri dan tidak pula dikenal peringatan orang mati pada hari ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100 atau ke-1.000.

* Penulis belum tahu fonomena di Bali. Bagaimana penyusunan acara di lingkungan Hindu-Islam. Ada yang mau share pengalaman?

No comments:

Post a Comment